"OBSERVASI "
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penelitian bidang
psikologi saat ini banyak berkembang berbagai metode penelitian yang beragam.
Salah satunya yaitu dengan metode observasi. Observasi merupakan pengamatan
secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan observer terhadap subjek.
Dalam melakukan observasi dibutuhkan observer yang memiliki keterampilan dalam
mengobservasi, tidak hanya sekedar mengamati subjek. Observasi memiliki
berbagai jenis yang memudahkan observer dalam melakukan observasi.
Dalam perkembangannya
observasi tidak hanya pengamatan yang dilakukan untuk penelitian, namun juga
dilakukan dalam menganalisa individu yang berkaitan dengan psikodiagnostik.
Observasi bukan hanya sekedar mengamati atau melihat, namun juga observer
bermain dengan analisa dan logika observer. Observasi yang baik juga
mempertimbangkan objektivitasnya, sebuah observasi tidak dapat dilakukan secara
subjektif karena dapat mengurangi
validitas dan reliabilitasnya.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa
yang
dimaksud dengan observasi?
b.
Bagaimana proses observasi dan
obektivitas dalam observasi?
c.
Apa perbedaan observasi ilmiah dan
observasi sehari-hari (non ilmiah)?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Untuk memahami
observasi, proses observasi, serta penerapannya dalam melakukan observasi yang
baik di bidang psikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
observasi
Observasi adalah suatu metode dalam penelitian, yang
dilakukan dengan sengaja, terencana, dan sistematis melalui pengamatan terhadap
gejala-gejala sosial yang terjadi saat itu. Observasi tidak hanya melihat namun
juga melibatkan sistem analisa dan kognitif. Metode observasi meliputi tiga hal
utama, yaitu : (1) Memperhatikan hal atau fenomena secara akurat; (2) Mencatat
hal atau fenomena yang muncul; (3) Mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
observasi berbeda dari pengamatan biasa yang sering kita lakukan sehari-hari.
Hal ini disebabkan karena pengamatan sehari-hari terjadi karena unsur tidak
sengaja. Observer adalah individu
yang menghasilkan atau mendokumentasikan pengamatan.
2.2 Proses observasi
A. Mengambil Sampel Perilaku.
- Peneliti membuat catatan lengkap
tentang perilaku atau mendapatkan sampel representatif dari pelaku.
- Sejauh mana observasi dapat
digeneralisasikan, tergantung pada cara yang digunakan dalam mengambil sampel.
Sebagai awal dalam
melakukan studi observasional, peneliti harus dapat menentukan waktu dan lokasi
observasi yang akan dilakukan. Observer sebelum melakukan observasi harus
melakukan pengambilan sampel. Sampling meliputi pengambilan sampel waktu, situasi,
dan kondisi sangat memengaruhi dimensi terpenting. Hasil dari pengambilan
sampel hanya dapat digeneralisasikan pada partisipan, settings, dan kondisi
yang serupa dengan yang ada dalam studi di mana observer melakukan observasi. Validitas
Eksternal mengacu pada sejauh mana hasil-hasil sebuah penelitian dapat
digeneralisasikan ke populasi, settings, dan kondisi yang berbeda. Bila kita
ingin menetapkan validitas eksternal sebuah studi, kita memeriksa sejauh mana
temuan studi itu dapat digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang, settings,
dan kondisi-kondisi di luar mereka yang digunakan dalam studi tersebut. Dalam
observasi pengambilan sampel dilakukan dengan dua jenis:
a. Time Sampling.
Pengambilan sampel
waktu mengacu pada peneliti yang memilih interval waktu untuk melakukan
observsi secara sistematis maupun secara acak. Jika peneliti tertarik pada
kejadian yang jarang terjadi,peneliti menyandarkan diri pada event sampling
(sampling kejadian) dalam mengambil sampel perilaku. Biasanya peneliti menggabungkan
sampling waktu dan juga sampling situasi untuk mengidentifikasi sampel-sampel
representatif. Dalam time sampling, peneliti mencari sampel yang representatif
dengan cara memilih berbagai macam interval waktu untuk observasinya. Interval
tersebut dapat diseleksi secara sistematis, secara acak, maupun kedua-duanya
sekaligus.
Salah satu kelemahan
dari time sampling yaitu metode ini kurang efektif apabila kejadian yang
diobservasi tidak sering terjadi, karena hal ini dapat membuat peneliti
melewatkan beberapa peristiwa penting yang terjadi pada saat tertentu, baik
pada bagian awal atau akhirnya. Metode yang lebih efektif dan efisien digunakan
pada saat mengobservasi peristiwa yang tidak sering terjadi adalah event
sampling.
b. Situation Sampling.
Pengambilan sampel ini
melibatkan kegiatan mempelajari perilaku di lokasi-lokasi yang berbeda dan
berbagai keadaan serta kondisi yang berbeda. Dengan mengambil sampel di situasi
berbeda, peneliti mengurangi kemungkinan hasil yang terbatas dan berlaku khusus
pada suatu keadaan atau kondisi tertentu saja. Dengan pengambilan sampel di
situasi yang berbeda, observer juga dapat meningkatkan keragaman sampel
subjeknya sehingga dapat mencapai generalitas yang leih besar. Situation
sampling membuat peneliti mampu memasukkan orang-orang yang mereka ambil
sebagai sampel yang umur, kelas sosial-ekonomi, jenis kelamin, dan rasnya
berbeda-beda.Metode ini serupa dengan time sampling, yaitu peneliti dapat
memilih subjeknya secara sistematis atau secara acak. Subject sampling bertujuan
untuk mendapatkan sampel subjek yang representatif.
B. Merekam Perilaku.
Bagaimana hasil sebuah
studi dirangkum, dianalisis, dan dilaporkan bergantung pada observasi perilaku
yang pada awalnya direkam. Keputusan
tentang bagaimana perilaku itu direkam bergantung pada apakah sang peneliti
sedang melakukan penelitian kualitatif atau kuantitatif.
- Rekaman kualitatif perilaku
Ketika peneliti
berusaha mendapatkan rekaman yang komprehensif tentang perilaku, mereka sering
menggunakan rekaman naratif. Biasanya rekaman naratif dapat berupa deskripsi
tertulis tentang perilaku, rekaman audio, atau rekaman video karena dianggap
cukup komprehensif dalam menampilkan perilaku yang diobservasi. Untuk membuat
sebuah rekaman naratif, seorang pengamat harus dibuat segera setelah perilaku
diamati, dengan cara ditulis secara deskriptif maupun direkam. Setelah rekaman
naratif tersebut dibuat, peneliti dapat mempelajari, mengklasifikasikan, dan
mengorganisasikan rekaman itu.
- Rekaman Kuantitatif perilaku
Ukuran kuantitatif
dalam bentuk frekuensi atau durasi kejadian diperoleh ketika seorang peneliti
berusaha mendeskripsikan perilaku atau kejadian tertentu. Empat tingkat skala
pengukuran yang digunakan pada pengukuran kuantitatif yaitu nominal, ordinal,
interval, dan rasio. Di dalam rekaman kuantitatif perilaku terdapat skala
pengukuran. Skala pengukuran merepresentasikan berbagai tingkat yang
perilakunya dapat dikuantifikasikan dan skala-skala pengukuran memengaruhi tata
cara menganalisis data nantinya. Untuk menguantifikasikan perilaku dalam sebuah
studi observasional, pengamat kadang-kadang membuat rating terhadap berbagai
perilaku dan kejadian. Pengamat biasanya membuat rating berdasarkan judgment
subjektif mereka tentang derajat atau kuantitas ciri sifat atau kondisi tertentu
(dalam Shaughnessy, 2006)
C. Analisis Data
Observasional
Reduksi
Data adalah proses mengabstraksikan dan merangkum data perilaku.
Langkah-langkah dalam melakukan reduksi data:
1. Data observasional dirangkum melalui
proses reduksi data.
2. Peneliti menguantifikasikan data dalam
rekaman-rekaman naratif dengan mengode perilaku menurut kriteria yang telah
ditetapkan, misalnya, dengan mengategorisasikan perilaku.
3. Data dirangkum dengan menggunakan
ukuran-ukuran deskriptif seperti frekuensi, rata-rata dan deviasi standar.
Reduksi data sering
melibatkan proses coding (pengodean), pengidentifikasian unit-unit perilaku
atau kejadian-kejadian tertentu menurut kriteria tertentu.. Reduksi data yang
menggunakan pengodean memungkinkan peneliti untuk menetapkan hubungan antara
tipe-tipe perilaku tertentu dan kejadian-kejadian yang merupakan anteseden
perilaku-perilaku tersebut.
2.3 Objektivitas
observasi
Penelitian termasuk observasi harus
memiliki objektivitas baik dalam karakteristik maupun prosedurnya. Objektivitas
dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias, maupun subjektivitas. Dalam
prosedurnya, penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan teknik analisis data
yang memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Objektivitas menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang
digunakan dan dikontrol dari bias dan subjektivitas. Menurut KBBI, subjektif
adalah sesuatu mengenai atau menurut pandangan atau perasaan sendiri. Bias
adalah sebuah penyajian bahan yang dipenuhi prasangka. Bias juga berarti
kesalahan konsisten dalam memperkirakan sebuah nilai.
Berikut adalah beberapa
bias yang muncul pada seorang observer:
a. Bias
pengamat terjadi bila bias peneliti menentukan perilaku mana yang mereka pilih
untuk diobservasi dan bila ekspektasi pengamat tentang perilaku mengakibatkan
kesalahan sistematis dalam mengidentifikasi dan mencatat perilaku.
b. Efek-efek
ekspektansi dapat terjadi bila pengamat mengetahui hipotesis-hipotesis untuk
hasil studi itu atau hasil-hasil studi sebelumnya.
c. Langkah
pertama dalam mengontrol bias pengamat adalah dengan mengakui bahwa hal itu
dapat terjadi.
d. Bias
pengamat dapat dikurangi dengan menjaga agar para pengamat tetap “buta” tentang
tujuan dan hipotesis studi tersebut.
2.4 Observasi Ilmiah dan Observasi Non-ilmiah (Sehari-hari)
Observasi Ilmiah pada
suatu penelitian memiliki sifat empiris ketimbang intuitif. Sehingga pengamatan
suatu perilaku berlangsung secara sistematis dan juga terkontrol. Bahkan pada
pengambilan sampel, baik sampel waktu, situasi, dan kondisi diseleksi secara
sistematis, acak, atau kedua-duanya sekaligus.
Berbeda dengan
observasi ilmiah, observasi non-ilmiah atau disebut juga dengan observasi
seharii-hari menggunakan metode yang lebih sederhana (sepintas lalu) dan tidak
dikontrol. Kekurangan dari metode observasi sehari-hari ini yaitu tidak selalu
dibuat secara sistematis dan cermat. Sebagian besar observer tidak berusaha
mengontrol atau menghilangkan faktor yang memengaruhi peristiwa yang sedang
mereka amati. Akibatnya, observer pada metode ini sering membuat kesimpulan
yang tidak tepat berdasarkan pada pengamatan sederhana saja.
2.5 Observasi Sebagai Alat
Psikodiagnostik
Kedudukan observasi dalam psikodiagnostik berkaitan
dengan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel
psikologis untuk penegakan diagnosis psikologis. Dan juga ada proses pengukuran dan penggunaan berbagai
teknik untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel psikologis.
Psikodiagnostik bukan hanya milik psikologi klinis, walapun istilah diagnosis
didominasi di psikologi klinis. Berikut ini merupakan
kegunaan observasi dalam psikodiagnostik:
- Keperluan asesmen awal
- Menentukan kekuatan observee dan menggunakannya
untuk meningkatkan hal-hal yang masih lemah
- Dasar merancang rencana individual
- Dasar dari titik awal kemajuan klien
- Mengetahui perkembangan anak pada area tertentu
- Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan
anak
- Bahan untuk memberi laporan kepada orang tua, guru,
dokter, dan profesi lain
- Informasi status anak/remaja di sekolah untuk
keperluan BK
- Informasi status klien klinis (di rumah sakit jiwa)
BAB III
KESIMPULAN
Secara tidak kita
sadari observasi telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi
observasi dalam psikologi merupakan observasi ilmiah dengan langkah dan proses
tertentu. Observasi digunakan pula dalam psikodiagnostik sebagai sarana
penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk
penegakkan diagnostik psikologis.
Observasi dalam
psikologi uga memerlukan adanya obektivitas, validitas, dan reliabilitas. Para
observer dalam melakukan observasi harus menghindari subektivitas dan bias
dalam observasi.
.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, S.W.,
Harlina, & Misbach, I.H. (2007). Handout Mata Kuliah Psikodiagnostik II
(Observasi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Psikologi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Narbuko,
Cholid dan Ahmadi, Abu (2005). Metodologi
Penelitian. Bumi Aksara
Shaughnessy, J.J.,
Zechmeister, E.B., & Zeichmeister, J.S. (2012). Metode Penelitian Dalam Psikologi Edisi 9. Jakarta: Salemba
Humanika
Shaughnessy, J.J.,
Zechmeister, E.B., & Zeichmeister, J.S. (2007). Metodologi Penelitian Psikologi Edisi 7. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar